Jumat, 28 Desember 2012

Penyehatan Perumahan

| | 1 komentar



"Rumahku Sehat Hatiku Nyaman"

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya dan sarana lingkungan yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan serta pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, seperti fasilitas taman bermain, olah raga, pendidikan, pertokoan, sarana perhubungan, keamanan, serta fasilitas umum lainnya.
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bagunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran manusia maupun limbah lainnya (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Persyaratan Kesehatan Perumahan
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:
Bahan bangunan
1.     Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, an tara lain : debu total kurang dari 150 mg/m2 , asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan;
2.                 Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.


Komponen dan penataan ruangan
1.     Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
2.     Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan;
3.     Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
4.     Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

5.     Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
6.     Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

Kualitas udara
1.     Suhu udara nyaman antara 18 – 30 o C;
2.     Kelembaban udara 40 – 70 %;
3.     Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;
4.     Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni;
5.     Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;
6.     Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3

Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

Penyediaan air
1.     Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;
2.                 Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

Pembuangan Limbah
1.     Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
2.     Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.

Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.





Read more...

Rabu, 26 Desember 2012

PENYEHATAN UDARA

| | 0 komentar

Berikut adalah materi kuliah Penyehatan Udara tentang PROLABIR (Progam Langit Biru) yang diampu oleh Bapak Sigid Sudaryanto, SKM. MPd  di kelas HYGIENE 1


PROLABIR-1
Read more...

Senin, 17 Desember 2012

PEMERIKSAAN KUALITATIF PEMANIS MAKANAN-MINUMAN

| | 1 komentar





LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI
PEMERIKSAAN KUALITATIF PEMANIS MAKANAN-MINUMAN
Hari/ Tanggal : Rabu, 13 Juni 2012
Jam                 : 08.00
Tempat            : Laboratorium kimia

A.     Tujuan

Untuk mengetahui kandungan zat Pemanis buatan pada makanan dan minuman

B.     Dasar Teori

Pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis laboratorium yang merupakan bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan tidak
atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis
alami, pemanis buatan juga mudah larut dalam air. Beberapa pemanis buatan yang beredar di pasaran di antaranya adalah
sebagai berikut.
a.       Aspartam
Aspartam mempunyai nama kimia aspartil fenilalanin
metil ester, merupakan pemanis yang digunakan dalam produk-produk minuman ringan. Aspartam merupakan pemanis yang berkalori sedang. Tingkat kemanisan dari aspartam 200 kali lebih manis daripada gula pasir. Aspartam dapat terhidrolisis atau bereaksi dengan air dan kehilangan rasa manis, sehingga lebih cocok digunakan untuk pemanis yang berkadar air rendah.
b.      Sakarin
Sakarin merupakan pemanis buatan yang paling tua. Tingkat
kemanisan sakarin kurang lebih 300 kali lebih manis dibandingkan gula pasir. Namun, jika penambahan sakarin terlalu banyak justru menimbulkan rasa pahit dan getir. Es krim, gula-gula, es puter, selai, kue kering, dan minuman fermentasi biasanya diberi pemanis sakarin. Sakarin sangat
populer digunakan dalam industri makanan dan minuman karena
harganya yang murah. Namun penggunaan sakarin tidak boleh melampaui batas maksimal yang ditetapkan, karena bersifat karsogenik (dapat memicu timbulnya kanker). Dalam setiap kilogram bahan makanan, kadar sakarin yang diperbolehkan adalah 50–300 mg. Sakarin hanya boleh digunakan untuk makanan rendah kalori, dan dibatasi tingkat konsumsinya sebesar
maksimal 0,5 mg tiap kilogram berat badan per hari. Jika berat badanmu
40 kilogram, berapakah massa kue dengan kandungan sakarin 50 mg/kg maksimal yang boleh kamu konsumsi.
c.       Siklamat
Siklamat terdapat dalam bentuk kalsium dan natrium
siklamat dengan tingkat kemanisan yang dihasilkan kurang lebih 30 kali lebih manis daripada gula pasir. Makanan dan minuman yang sering dijumpai mengandung siklamat antara lain: es krim, es puter, selai, saus, es lilin, dan berbagai minuman fermentasi. Beberapa negara melarang penggunaan siklamat karena diperkirakan mempunyai efek karsinogen. Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 500–3.000 mg per kg bahan makanan.
d.      Sorbitol
Sorbitol merupakan pemanis yang biasa digunakan untuk pemanis
kismis, selai dan roti, serta makanan lain.
e.       Asesulfam K
Asesulfam K merupakan senyawa 6-metil-1,2,3-oksatiazin-4(3H)-
on-2,3-dioksida atau merupakan asam asetoasetat dan asam sulfamat. Tingkat kemanisan dari asesulfam K adalah 200 kali lebih manis daripada gula pasir. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium, asesulfam K merupakan pemanis yang tidak berbahaya.

C.     Alat dan Bahan
Alat
1.      Corong pemisah 50 ml
2.      Pipet ukur 1 ml, 5ml, 10 ml
3.      Cawan porselin
4.      Tabung reaksi
5.      Kompor listrik
6.      Gelas ukur 50 ml
7.      Sendok penyu
8.      Corong kaca
9.      Pipet tetes
10.  Kertas saring
Bahan
1.      Air sampel pemanis
2.      Eter
3.      NaOH 20 %
4.      Asam sulfat pekat
5.      HCl 10 %
6.      Resorcinol
7.      NaNO3
8.      BaCl2 kristal

D.     Cara Kerja
1.      Sakarin S
a.       Memasukkan 25 ml air sampel ke dalam corong pemisah 250 ml, kemudian sampel diasamkan dengan menggunakan HCl 10 % sampai asam. Untuk mengetahui keasaman sampel dengan menggunakan kertas lakmus, apabila kertas lakmus berubah warna menjadi merah maka sampel sudah bersifat asam.
b.      Kemudian menambahkan 20 ml eter ke dalam sampel untuk diekstraksi.
c.       Sampel diekstraksi sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan yang berwarna dibuang dan lapisan yang bening ditampung dalam 2 cawan porselin.
d.      Kemudian lapisan pada 2 cawan porselin diuapkan sampai mongering.

1)      Uji rasa
Ekstrak eter kering pada cawan porselin dirasakan( dengan lidah)
2)      Uji resorcinol
a)      Menambahkan sepucuk sendok resorcinol ke dalam ekstrak eter pada cawan porselin dan juga menambahkan beberapa tetes( 2-4) H2SO4 pekat, kemudian diaduk hingga semua ekstrak terlarut.
b)      Kemudian dipanaskan di atas kompor sampai warna hijau tua atau coklat.
c)      Mengambil sebagian larutan, kemudian dipindahkan ke dalam tabung reaksi, selanjutnya menambahkan 2-3 ml aquadest dan sampel dibasakan dengan NaOH 20 %. Untuk mengetahui kebasaan sampel dengan menggunakan kertas lakmus sampai kertas lakmus berubah warna menjadi biru.
d)      Adanya warna berpendar hijau menandakan adanya sakarin.

2.      Siklamat
a.       Mengambil 10 ml sampel dalam tabung reaksi dan ditambahkan sepucuk sendok BaCl2 kristal. Kemudian sampel digojok sampai homogeny. Dan didiamkan.
b.      Kemudian sampel disaring dengan menggunakan kertas saring dan sampel dibagi menjadi 2 tabung reaksi.
c.       Menambahkan HCl 10 % ke dalam salah satu tabung reaksi dan diperiksa keasamanya dengan menggunakan kertas lakmus sampai kertas lakmus berubah warna menjadi merah.
d.      Kemudian menambahkan sepucuk sendok  NaNO2 kristal.
e.       Kemudian bandingkan dengan tabung reaksi yang satunya. Apabila pada tabung yang ditambahkan reagen lebih keruh( terdapat endapan putih) maka menunjukkan adanya siklamat.

E.     Hasil Pengamatan
No
Jenis Pemeriksaan
Hasil
1.
Uji Sakarin ( uji Rasa )
Rasa manis (Positif)
2.
Uji sakarin ( uji Resorcinol )
Warna hijau berpendar(Positif)
3.
Uji Siklamat
Endapan putih dan keruh (Positif)

F.      Pembahasan
Pada uji sakarin ada 2 tahap yaitu uji rasa dan uji recorcinol. Pada uji rasa, ekstrak kering pada cawan porselin dirasakan dan hasilnya adalah adanya rasa manis. Pada uji resorcinol, ekstrak eter pada cawan sisa uji rasa ditambah dengan sepucuk sendok kecil recorcinol dan beberapa tetes asam sulfat pekat, diaduk lalu dipanaskan dan didinginkan. Kemudian sebagian larutan dipindahkan kedalam tabung reaksi yang kemudian ditambah dengan NaOH 20%, timbul warna berpendar hijau yang menunjukkan adanya sakarin.
Pada uji siklamat, sepucuk sendok kristal BaCl2 dimasukkan dalam sampel, kemudian digojog dan dibagi 2 tabung reaksi. Salah satu tabung ditambahkan HCl 10% sampai asam dan sepucuk sendok kecil Kristal  NaNO2 . Tabung tersebut berubah lebih keruh, hal ini menunjukkan adanya siklamat. Yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ini adalah pada saat menggojok corong pemisah dalam pembuatan ekstrak eter harus dilakukan secara hati-hati. Dan dengan posisi mulut corong keatas. Pada saat proses pengeringan ekstrak yang berada dicawan porselin jangan dikipasi, tetapi dibiarkan kering dengan sendirinya. Selain itu, pada saat uji recorcinol, penambahan recorcinol sedikit saja, jangan terlalu banyak, karena pada saat dipanaskan pada kompor listrik bisa gosong. Pada uji recorcinol untuk penambahan aquades cukup beberapa ml saja. Sedangkan untuk penambahan NaOH 20% sedikit berlebihan supaya warna hijau berpendar akan jelas terlihat apabila ditempelkan pada baju yang berwarna gelap.
Zat pemanis sintetis sakarin dan siklamat merupakan jenis zat pemanis yang sebetulnya khusus ditujukan bagi penderita diabetes atau konsumen dengan diet rendah kalori.Penggunaan sakarin yang tidak seharusnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti dapat menimbulkan kanker kandung kemih pada tikus percobaan. Siklamat berbahaya karena hasil metabolismenya, yaitu sikloheksamina bersifat karsinogenik sehingga ekskresi lewat urin dapat merangsang pertumbuhan tumor pada kandung kemih tikus percobaan.
Pemakaian sakarin dan siklamat telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 10/79/A/SK/74 tahun 1974 untuk sakarin, yang membolehkan penggunaan sakarin dalam kadar maksimum yang jauh lebih kecil daripada siklamat yang diperbolehkan dan untuk makanan khas olahan khusus (berkalori rendah) dan untuk penderita Diabetes Mellitus, kadar maksimum sakarin yang diperbolehkan adalah 0,15ppm. Sedangkan untuk minuman adalah 0,005ppm. Adapun untuk pemakaian siklamat diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 10/79/A/SK/74 tahun 1974 yang membolehkan kadar maksimum asam siklamat dalam makanan berkalori rendah dan untuk penderita Diabetes Mellitus adalah 2,0ppm dan untuk bahan minuman (yang diizinkan ditambah pemanis) kadar siklamat maksimum yang diperbolehkan hanya 0,06ppm.

G.    Kesimpulan
1.      Pada praktikum kali ini didapatkan kesimpulan bahwa uji sakarin terdiri dari 2 pengujian dan didapat:
a.        Uji rasa : memberikan rasa manis (positif sakarin)
b.       Uji recorcinol : adanya warna berpendar hijau (positif sakarin).
2.       Sedangkan pada uji siklamat, tabung yang ditambah reagen lebih keruh daripada yang tidak ditambah reagen, yang menunjukkan positif siklamat pada sampel.

Read more...

Kamis, 13 Desember 2012

Pemeriksaan Zat Organik/Pemanganometri

| | 0 komentar


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA LINGKUNGAN
Hari/Tanggal : Rabu/7 Desember 2011
Materi : Pemeriksaan Zat Organik/Pemanganometri
Tujuan : Untuk Mengetahui ada tidaknya zat organic/tingkat zat organic dalam air
DASAR TEORI
Dasar dari metode ilmiah adalah berdasarkan pengoksidasian zat organic dalam air oleh KMnO4 dalam suasana asam dan panas.
Banyaknya zat organic dalam air sample setara dengan KMnO4 yang dibutuhkan untuk pengoksidasian itu. Oleh karena itu pemeriksaan zat organic ini sering juga disebut sebagai angka Permanganat.
Dalam pemeriksaan metode ini dapat diganggu oleh zat-zat pereduksi lain selain zat organic, antara lain ferra, suifida, nitrit, dan lain-lain yang mana akan ikut mereduksi KMnO4. Untuk menghindari gangguan tersebut ion-ion pengganggu itu dihilangkan dengan penambahan KMnO4 0,01 N sampai warna merah sangat muda atau rose tipis dalam keadaan dingin dan asam.

ALAT DAN BAHAN
Labu Erlenmeyer 250 ml
Buret asam
Statif
Pipet ukuran
Pipet tetes
Kompor listrik
Batu didih
Kruistang
Gelas ukur
Bahan
Larutan H2SO4 4N BZO
Larutan KMnO4 0,1 N
Larutan KMnO4 0,01 N
Larutan asam oxalate 0,01 N
Aquades
Air sample

CARA KERJA
Mencuci Labu Erlenmeyer
Memasukan 100 ml aquades kedalam labu Erlenmeyer 250 ml, kemudian tambahkan 2,5 ml H2SO4 4N BZO (Bebas Zat Organik) dan masukan 3 butir batu didih
Tambahkan larutan KMnO4 0,1 N beberapa tetes hingga muncul warna rose tipis
Panaskan sampai mendidih
Larutan aquades dibuang, dengan batu didih tetap berada didalamnya
Bilas labu elenmeyer dengan Aquades

Pemeriksaan Sample
Memasukan air sample 100 ml kedalam labu Erlenmeyer yang telah dicuci tadi
Tambahkan 5 ml H2SO4 4N BZO dan beberapa tetes KMnO4 0,01 N sampai timbul warna rose tipis
Panaskan labu Erlenmeyer hingga mendidih, kemudian tambahkan 10,00 ml KMnO4 0,01 N dengan buret
Panaskan lagi hingga mendidih, apabila warna rose tipis hilang, pemeriksaan diulang lagi dengan mengambil sample lebih sedikit dan diencerkan sampai 100 ml dengan aquades
Tambahkan 10 ml larutan asam Oxalat 0,01 N dengan pipet ukur, kemudian panaskan lagi hingga warna rose tipis hilang dan mendidih
Titrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N hingga muncul warna rose tipis dan konstan, titrasi dilakukan dalam keadaan panas
Mengulangi percobaan tadi 2 kali

Hasil Data Titrasi :
No. V Awal (ml) V Akhir (ml) V Titrasi (ml)
1.
2. 22,4
30,7 30,4
39 8,4
8,3
Rata-rata 8,35
Perhitungan
Rumus :   1000/50 x( (ml titrasi +10 ml KMnO4) ) – (10 ml asam Oxalat x F)
   x 0,01x BE KMnO4=   . . .     mg/L KMnO4
Kadar Zar Organik
= 1000/50 x( (8,35+10)x1) – (10x1) x 0,01 x3,16
= 10x (18,35-10) x 0,01 x 31,6
= 10 x 8,35 x 0,01 x 3,16
= 26,386 mg/L KMnO4
PEMBAHASAN
Percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui kadar zat organic dari air sample yaitu air kran dilaboratrium kimia.
Kadar zat organic didapat dengan mereaksikan 100 ml air sample dengan 5 ml H2SO4 4N BZO dan beberapa tetes KMnO4 0,01 N hingga muncul warna rose tipis kemudian dipanaskan, setelah mendidih larutan tadi direaksikan lagi dengan 10,00 ml KMnO4 0,01 N kemudian dipanaskan lagi hingga mendidih dan tambahkan 10 ml larutan asam oxalate 0,01 ml hingga warna larutan berubah dari warna rose tipis menjadi jernih.
Titrasi larutan tadi dengan KMnO4 0,01N, setelah dititrasi 2 kali diperoleh volume titrasi rata-rata yaitu 8,35 ml. Kemudian dimasukan kedalam rumus sehingga diperoleh angka kadar zat organic dalam air sample tersebut 26,386 mg/L KMnO4.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kadar zat organic dalam air sample dilaboratrium kimia cukup tinggi yaitu 26,386 mg/L KMnO4 karena angka kadar zat organic air sample melebihi batas maksimum kadar zat organic yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No : 416/MENKES/PER / IX/1990 yaitu 10 mg/L KMnO4.

Kesimpulan
Perhitungan angka kadar zat organic adalah 26,386 mg/L KMnO4
Dengan demikian kadar zat organic dalam air sample cukup tinggi karena melebihi batas maksimum yang telah ditentukan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No : 416/MENKES/PER/ IX/1990 yaitu 10 mg/L KMnO4




LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA LINGKUNGAN
Hari/Tanggal : Rabu/14 Desember 2011
Materi : Pemeriksaan Kadar COD
Tujuan : Untuk Mengetahui Kadar COD dalam limbah industry tahu
DASAR TEORI
Chemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan organic yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan organic akan dioksidasi oleh kalium bichromat atau K2Cr2O4 digunakan sebagai sumber O2(Oxidizing agent). Oksidasi terhadap bahan buangan organic akan mengikuti reaksi berikut :
CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 +H2O + Cr3+
Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalisator perak sulfat (Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila didalam bahan buangan organic diperkirakan ada unsure chloride yang dapat mengganggu reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan gangguan tersebut. Chlorida dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oleh kalium bichromat sesuai dengan reaksi berikut :
6Cl- + Cr2O72- + 14H+ 3Cl2 + 2Cr3+ + 7H2O
Apabila dalam larutan air lingkungan tersebut terdapat chloride maka O2 yang diperlukan pada reaksi tersebut tidak menggambarkan reaksi sebenarnya . Seberapa jauh tingkat pencemaran oleh bahan buangan organic tidak dapat diketahui secara benar. Penambahan Chlorida mengikuti reaksi sebagai berikut :
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organic sebelum reaksi oksidasi adalah kuning, setelah reaksi oksidasi selesai maka larutan akan berubah warba menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organic sama dengan jumlah kalium bichromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan buangan organic. Dengan demikian maka seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan dapat ditentukan.
ALAT DAN BAHAN
2 Tabung reaksi tutup ulir 7. Pipet ukur
Labu Erlenmeyer 8. Mikro Pipet
Burat asam 9. Beaker glass
Gelas ukur 10. Sendok Penyu
Statif 11. Pipet tetes
Reaktor COD 12. Corong kaca
Bahan :
Aquades
Larutan H2SO4 pro COD
Larutan H2SO4 0,25 N
HgSO4  Kristal
Indikator ferroin
Larutan FAS 0,1 N
Sample air limbah tahu

CARA KERJA
Pembuatan Blanko (A)
Mengambil 2 ml aguades dan memasukanya kedalam tabung reaksi tutup ulir, kemudian tambahkan 3ml H2SO4 pro COD dan 1,00 ml K2Cr2O4 serta sepucuk sendok HgSO4 kristal
Kemudian gojok hingga homogen
Pembuatan sample (B)
Mengambil 2 ml sample dan memasukanya kedalam tabung reaksi tutup ulir
Tambahkan 3 ml H2SO4 pro COD
Tambahkan 1,00 ml K2Cr2O4
Tambahkan sepucuk sendok HgSO4 kristal, kemudian gojok hingga homogen.
Memanaskan tabung A dan B kedalam reactor COD selama 30 menit, kemudian dinginkan (seharusnya menurut standar 2 jam)
Kemudian setelah dingin pindahkan larutan A dan B kedalam Erlenmeyer A dan B
Tambahkan pada setiap labu erlemenyer 10 ml aquades untuk membilas tabung reaksi tutup ulir
Menambahkan 3-5 tetes indicator Ferroin kedalam labu Erlenmeyer A dan B
Titrasi dengan FAS 0,1 N hingga muncul warna merah bata atau coklat, kemudian catar ml titrasi
Hasil Data Titrasi :
NO Kode V Awal (ml) V Akhir (ml) V Titrasi (ml)
1.
Blanko (A) 0 14,5
14,5

2. Sample (B) 14,5 24,3 9,8
Rumus kadar COD
=  1000/2  x (ml titrasi Blanko – ml titrasi sample) x o,1 x F x BE O2 = …..mg/L
Perhitungan kadar COD
=   1000/2  x (14 ,5 – 9,8) x  0, x 1 x 8
= 500 x 4,7 x 0,1 x 1 x 8
= 1880 mg/L
PEMBAHASAN
Percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui kadar COD dari air limbah industri tahu. Kadar COD didapat dengan cara mentitrasi larutan Blanko dan larutan sample dengan FAS 0,1 N. Larutan Blanko terdiri dari campuran 2 ml aquades, 3 ml H2SO4 pro COD, 1, 00ml K2Cr2O4 dan sepucuk sendok HgSO4 kristal.
Sedangkan larutan sample terdiri dari 2 ml air sample (limbah tahu), 3 ml H2SO4 pro COD, 1, 00ml K2Cr2O4 dan sepucuk sendok HgSO4 kristal. Sebelum dititrasi kedua larutan tadi dipanaskan dengan reactor COD, kemudian dipindahkan kedalam labu elenmeyer ditambah 10 ml aquades dan 3-5 tetes indicator Ferroin. Setelah dilakukan titrasi diperoleh volume titrasi dari larutan Blanko 14,5 ml dan volume titrasi dari larutan sample adalah 9,8 ml.
Kemudian dimasukan kedalam rumus sehingga diperoleh angka kada COD adalah 1880 mg/L. Catatan titrasi larutan Blanko dan sample dihentikan setelah timbul warna merah bata/coklat.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No.10 tahun 2004, kadar maksimum baku mutu air limbah industry tahu dan tempe dalam parameter COD adalah 275 mg/L, sehingga dapat dikatakan bahwa air sample telah memiliki COD yang diambang batas.

KESIMPULAN
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No.10 tahun 2004, kadar maksimum Baku Mutu air limbah industry tahu dan tempe dalam parometer COD adalah 275 mg/L sehingga kadar COD yang terdapat dalam air sample telah melebihi ambang batas yaitu lebig dari 275 mg//L.
Hasil pemeriksaan COD dalam air sample adalah 1880 mg/L.








Read more...

FIRMAN TUHAN

CLOCK

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
 
 

Niken's Blog | Designed by: Compartidísimo
Images by: Scrappingmar©